Selamat Datang Di Website Pariwisata Rejang lebong dan Adat istiadat,Bahasa,dan RejangLebong tempo dulu

Senin, 10 Desember 2012

Rejang Selayang Pandang (Asal Mula Suku Rejang di Bengkulu)

curup 09061937 perpisahan sanders lokasi Gedung GOR sekarang



Rejang Selayang Pandang (Asal Mula Suku Rejang di Bengkulu)
Sahdan pada zaman kerajaan raja-raja dari daerah pulau Jawa masih dalam masa kajayaannya. Semasa Palembang masih bernama Selebar Daun, Bengkulu masih bernama Sungai Serut, Rejang masih bernama Renah Sekelawi (sebelumnya bernama Pinang Belapis). Pada zaman itu raja adalah orang yang mempunyai turunan raja pula. Raja bukan sembarang raja, raja sakti, arif lagi bijaksana.
Karena di Pulau Jawa telah banyak kerajaan yang rajanya telah ada, maka sebagian turunan raja-raja itu merasa dirinya terhina bila tidak dapat jadi raja. Beberapa orang turunan raja itupun mencoba keluar dari pulau Jawa, dengan maksud mencari daerah yang akan diperintahnya. Mereka merejang kepulau Perca (Pulau Sumatra) untuk mencari daerah baru.
Bertahun tahun meraka merejang di daerah Pulau Perca, dan mereka telah tiba di daerah Tapus sekarang. Di sana Bitsu Bembo sebagai pelacak pertama menyatakan bahwa di sini suko dijadikan negerai (suka negeri ). Untuk menetapkan atau memberi apa nama negeri tersebut, maka dibuatlah satu pertapaan yang diberi kelambu. Setelah beberapa hari, kelambu itu dibuka, ternyata didalamnya tumbuh sebatang kayu yang namanya kayu Tapus, nah karena itu negeri atau tempat itu dinamakan TAPUS.
Bitsu Bembo berpesan pada saudara-saudaranya apabila ingin menyusulnya, telusurilah muara sungai yang paling deras muaranya. Bertahun lamanya mereka menyusuri sebuah sungai, barulah mereka bertemu dengan bitsu Bembo. Justru karena itu, maka sungai yang mereka susuri itu dinamakan sungai Ketahun (asal kata menaun).
Adalah mereka yang menyusul itu adalah Bitsu Bermano, bitsu Bejenggo, dan bitsu Sepanjang Jiwo. Bitsu-bitsu itu terpencar kebeberapa daerah, seperti bitsu Bermano di daerah Kutai Ukem (Kota Rukam) yang terletak di daerah Darmaga Tauris Danau Tes sekarang. Perlu kami nyatakan bahwa Danau Tes itu nama sebenarnya adalah BIYOA KETEBET (air ketebat). Tebat adalah kolam kata kita sekarang. karena air itu adalah kolam Si PAHIT LIDAH (MANTAKUN), dan temannya Si MATO EMPAT (ALI JENANG TIGAS).
Adapun tiga orang bitsu yang menyusul itu telah mempunyai daerah masing-masing, seperti bitsu Bermano mempunyai daerah Kutai Ukem. Bitsu Bejenggo mempunyai daerah Tubei atas tebing. Di daerah sebelah atas dari (pasar Muara Aman sekarang). Sedangkan bitsu Sepanjang Jiwo mempunyai daerah Batu Lebar Seguring, daerah Curup sekarang. peduduk pada masa itu belum Lancar berbahasa, dan lidahnya agak kaku, bitsu itu disebutnya BIKAU. Bukan bikoa, ada pula yang menyebutnya Rejang Bikoa, itu salah yang betulnya adalah Rejang turunan Bikau. Bikau adalah asal katanya dari bitsu. Bitsu adalah kiyai agama budha.
Pada waktu itu mereka sibuk mengurus daerah mereka masing-masaing, sehingga saling terpecahlah kesatuan mereka. Pada waktu itulah pada sebatang Benuang Sakti ditunggui oleh SIAMANG PUTIH. Anehnya Siamang Putih ini kemana ia menghadap di sana ditimpa bencana. Baik itu bencana penyakit, kebakaran dan sebagainya.
Mereka berusaha untuk mencegah hal ini, mereka mengadakan sidang musyawarah di tempat balik hati (baik atei) di daerah Lebong Simpang sekarang. tempat ini ditunggu oleh : 5 orang malim : 1. malim serubuk, 2. Malim Sedina, 3. Malim Sedu Royeak, 4. Malim Sumar Galung dan 5. Malim Lemo. Dan juga di sana ada pula 4 orang dayang, yaitu: 1. Dayang Tarok, 2. Dayang Turing, 3. Dayang Kecitang Tanuk Karo dan 4. Dayang Itam. Di samping dayang-dayang ada pula Rebiak 3 orang, yaitu : 1. Rebiak Mabuk, 2. Rebiak Merem, dan 3. Rebiak Guting Paras.
Hasil musyawarah mereka di sana ialah batang Benuang Sakti itu harus ditebang, Supaya Siamang Putih itu dapat dimusnahkan. Bikau Bembo selaku ketua mengurus penebangan itu, Dan penebangan pertama jatuh ke tangan bikau Bermano.
1.    Bikau Bermano mengarahkan anak buahnya megapak kayu benuang itu. Seluruh anak buahnya turun tangan turut menebang kayu itu. Sehingga CIGAI MANAI (dalam arti telah penuh dengan kapaan) namun kesaktiannya kayu Benuang itu jangankan roboh, malah bertambah kokoh tegaknya. Bikau Bermano dan anak buahnya menyerah/ mengaku tidak dapat menebang kayu Benuang itu. Dengan kata-kata cigai manai daerahnya dinamakan Margo Manai (bermani). Yang berkedudukan di Kutai Ukem (Kota Rukam). Penduduknya berciri khas Sekoa Rucing.
2.  Giliran kedua jatuh pula ke tangan bikau Bejenggo. Bikau Bejenggo berduyun-duyun mengajak anak buahnya untuk menebangnya. istilah berUBEI-UBEI (bergotong royong), namun hasilnya masih sama  dengan hasil bikau Bermano tadi. Dari kata ubei maka marganya dikataksn Margo Tubei. Penduduknya berciri khas KOOT ULAU KETOT.
3.  Tiba pula giliran yang ketiga yaitu bikau Sepanjang Jiwo. Namun mereka ini secara UPUAK-UPUAK artinya berpayah payah mengerahkan segala tenaga yang ada untuk menebang Benuang itu. Namun hasilnya sama pula dengan hasil dua bikau sebelumnya.dengan istilah upuak upuak marganya dinamakan Margo Seluak (MARGA SELUPUH) sekarang yang berkedudukan di Batu Lebar Seguring di daerah Curup. Ciri khas penduduknya bermaneu ubep ubep (seolah olah ada yang akan di terkam). Ketiga bikau yang terdahulu semuanya mengaku tidak tertebang Benuang Sakti itu. Kini tiba gilirannya pada orang yang mengatur, harus pandai berbuat apa yang ia aturi. Jangan bisa mengatur saja. Ia harus bisa melaksanakan apa yang ia aturkan itu.
Bikau bembo kebingungan dibuatnya. bagaimana akan menumbangkan pohon Benuang Sakti yang selalu mendatangkan malapetaka itu. Andai hal ini tidak teratasi, kemungkinan seluruh wilayah akan menerima giliran musibah. Dalam keadaan termenung bikau Bembo seolah olah ada orang yang berbisik, semoga bikau Bembo membakar kemenyan, dan bersemendi (bertapa). Beliau melaksanakan pertapaan, memohon pada yang maha sakti dan pada yang maha agung, yang menguasai seluru alam jagat ini.
Dalam PERTAPAAN beliau  mendapat bisikan, bahwa pohon benuang ini mau roboh, bila digalang oleh PUTRI SEDARAH PUTIH adalah Putri Raja Perambanan. Perambanan adalah suatu kerajaan yang terletak di daerah Jawa Tengah.
Dengan harapan yang sedikit sekali akan berhasil, maka bikau Bembo berangkat ke Jawa Tengah menuju kerajaan Prambanan. Bermohon agar Raja Prambanan mengizinkan putrinya jadi penggalang.
Raja kerajaan Prambanan adalah raja yang arip lagi bijaksana, memperkenakan putrinya menjadi penggalang, Tetapi harus memenuhi beberapa syarat persyaratan itu antara lain :
1.      Putri Sedarah Putih tidak boleh cacat, misalnya jasmani ataupun rohaninya.
2.      Setelah menjadi penggalang harus dikembalikan kepangkuan ayahnya di kerajaan Prambanan.
3.      Andai kata Putri Sedarah Putih cacat bikau Bembo harus menanggung resikonya.
Putri Sedarah Putih dibondong ke pulau Sumatera, ke daerah mereka. Setelah di daerah itu, mereka menggali lubang di sekitar pohon Benuang Sakti itu, tempat putri Sedarah Putih digulingkan. adapun lubang itu, dalamnya 7 hasta, lebarnyapun 7 hasta.
Setelah sesuatu yang harus dikerjakan telah beres atau selesai, maka bikau Bembo memulai menebang. Pohon Benuang Sakti itu memang betul roboh, tapi Siamang Putih itu raib entah kemana perginya. Putri Sedarah Putih segera dikeluarkan dari lubang itu. Mereka semua merasa gembira karena pohon benuang yang bermala petaka itu telah tiada. Telah musnah dan roboh. yang bisa dijadikan kayu yang berkeping.
Tapi anehnya putri Sedarah Putih itu hamil. Dengan rasa lesu bikau Bembo berangkat ke Prambanan mengembalikan putri Sedarah Putih. Di sana beliau mendapat caci maki yang bertubi-tubi. dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Maka bikau bembo harus kawin dengan putri Sedarah Putih.
Bikau Bembo adalah orang mencari penggalangan Benuang Sakti, dengan asal kata tukang galang maka daerahnya dinamakan Juru Kalang. Penduduknya berciri khas telunjuk miring. Banyak orang berpendapat bahwa turunan orang Juru Kalang tidak dimakan buaya. Sekarang antara Bermani dan Juru Kalang telah bersatu menjadi BERMANI JURU KALANG, yang terletak di Kecamatan Lebong Selatan Tes.

Terbentuknya Jang Pat Petula

Sungai Ketahun 1931


Terbentuknya Jang Pat Petulai
Posted BY hardian Firdaus. Terbentuknya Jang Pat Petulai
Lama kelamaan dari keempat pemimpin dari tempat tersebut, rakyat masing-masing terus berkembang, dan sejalan dengan itu timbul pulalah perbedaan-perbedaan pendapat dan masalah kependudukan dan otonomi daerah. Belajar dari perbedaan pendapat dan masalah-masalah yang timbul dalam rakyatnya, maka keempat pemimpin dari empat daerah bersepakat mengadakan rapat untuk menentukan batas kekuasaan masing-masing daerah, yang akhirnya disebutlah dengan nama Jang Pat Petulai, yang berasal dari kata-kata Rejang yaitu:
Jang          =”Suku Rejang (singkatan kata dari Merejang)
Pat            =”Empat”
Petu          =”Bang(Pintu)”
Lai            =”Lai (Besar)
2. Pemimpin dan kedudukan Pat Petulai
Keempat Petulai itu terdiri dari:
a)      Petulai I dipimpin oleh Bagelang Mato, berkuasa penuh di Renah Pelawi dan berkedudukan di Bendar Agung Lebong.
b)      Petulai II dipimpin Rio Bitang, berkuasa penuh dan berkedudukan di Atas Tebing/Pelabai.
c)      Petulai III dipimpin oleh Rio Jenggan, berkuasa penuh dan berkedudukan Suka Negeri Tapus.
d)     Petulai IV dipimpin oleh Rioa Sabu, berkuasa penuh dan berkedudukan di Kuto Rukam Tes.
Setelah keempat petulai ini ditetapkan sebagai pemimpin, maka mereka mendapatkan gelar atau sebutai Ajai, yang berarti orang yang dihormati atau orang yang dimuliakan.
3. Daerah yang Banyak Berpenduduk Rejang
Pada mulanya suku rejang ini berasal dari satu keturunan, namun setelah sekian lama, setelah mereka merejang ke daerah lain dan bergaul dengan suku lainya, maka banyak terdapat baik dalam bahasa/dialek/logat mengalami perubahan, namun pada umumnya artinya sama. Kita contohkan sebagai berikut;
  • Dau = Deu = Dew
  • Lalau = Lalew = Laleu
  • Moi = Mai
  • Telau = Teleu =Telew
Adapun daerah-daerah yang banyak berpenduduk suku Rejang adalah:
  • Yang mendiami daerah Lebong dan sekitarnya disebut dengan Jang Lebong.
  • Yang mendiami daerah Air Musi (Musai) dan sekitanya disebut Jang Musai.
  • Yang mendiami daerah Padang Ulak Tanding, Selangit, Batu Gene dan sekitarnya disebut Jang Lembak Sindang (Menyindang).
  • Yang Mendiami daerah Taba Penanjung dan sekitarnya disebut Jang Tengeak.
  • Yang Mendiami daerah Lais, Ketahun dan sekitarnya disebut Jang Pesisia
4. Bukti Keberadaan Suku Rejang
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa suku Rejang ini bukan merupakan suku yang tidak mempunyai asal usulnya, karena keberadaan suku Rejang dapat dibuktikan dengan adanya bahasa dan tulisan tersendiri, bahasa Suku Rejang disebut Bahasa Jang, sedang tulisan Suku Rejang disebut dengan Ka. Ga, Nga, dan seterusnya. Suku Rejang juga memiliki adat tersendiri pula.
Dasar tulisan suku Rejang ini, dipergunakan oleh suku daerah lain, yang antara lain dipergunakan oleh Suku Komering, Lampung, dan Pasemah, namun cara penulisan Huruf-hurufnya ada sedikit perubahan yang disesuaikan dengan dialek/bahasa/logat daerah masing-masing.
5. Adat Istiadat
Adat istiadat disetiap daerah suku rejang memiliki adat istiadat masing-masing yang disesuaikan dengan cara hidup masyarakatnya, iklimdaerah, dan adat istiadat antar masing-masing daerah ini tidak menyimpang jauh dari adat istiadat yang telah diciptakan oleh nenek moyang mereka dahulu. Adat istiadat mereka ini tetap bersendikan kepata Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Selain dari pada adat yang sebenarnya adat ini dapat diubah, ditambah atau dikurangi yang dan yang disebut Adat Lembaga yang diciptakan di setiap daerah.
Adapun jenis adat istiadat/Adat yang diadatkan adalah sebagai berikut:
1. Adat Bujang Gadis
2. Adat dalam Perkawinan
3. Adat Mengebeu
5. Adat Sepejabet
6. Adat Pecuak Kulak
7. Adat Pecuak Ko’on
8. Adat Semendo Rajo-rajo
  • Semendo Teguak
  • Semendo Beuk Munggua
  • Semendo Langeu Ijo
  • beleket
9. Adat Pelayan
10. Adat Mas Kutai
11. Adat Pelakeak Papen
12.  Adat Kejai
13.  Jenis adat-adat lainya yang terdapat dalam adat kelembagaan (Afdeeling/Onderafdeeling-Bundel Adatrecht No. 11 tahun 1911)
6. Batas-Batas Daerah Suku Rejang
Dimasa berdirinya Jang Pat Petulai Renah Pelawi, ditetapkan batas daerah yang merupakan Batas wilayah kekuasan masing-masing daerah yang dipimpin oleh masing-masing ajai dengan batas sebagai berikut:
  • Jang Pat Petulai renah Pelawi Lebong, menguasai batas arah ke Timur sampai Ulu Musi.
  • Jang Tiga Banggo Ulu Musai, Menguasai batas arah selatan (Sindang Merdiko).
  • Jang Sebelas banggo Renah Pesisia, Menguasai batas arah ke Barat.
  • Jang Tujuh Banggo Renah Ketahun, menguasai batas arah Ke Utara.
7. Jang Tiang Pat Lemo Ngen Rajo
Setelah beberapa lama berdirinya Jang Pat Petulai Renah Pelawi Lebong, dimana jumlah penduduk semakin berkembang, dengan segala macam masalah yang timbul dalam masyarakat guna menengahi permasalahan-permasalahan ini, maka para pemimpin petulai-petulai bersepakat untuk mengangkat seorang pucuk pimpinan sebagai Rajo di Renah Pelawi untuk tempat berembuk meminta petuah dan sebagai pemersatu Pat Petulai.
Setelah timbul kesepakatan antara ke empat Ajai Jang Pat Petulai bersama dengan para cerdik pandai dan orang-orang terkemuka, maka diputuskan bahwa yang dapat menjadi Raja di Jang Pat Petulai ini haruslah seseorang yang berasal dari anak asal yang mempunyai kemampuan dan paham dalam pemerintahan. Dalam kesepakatan ini maka diangkatlah Sultan Saktai gelar Rajo Jongor-Rajo Megat-Rajo Mudo keturunan dari kerajaan Pagaruyung Minangkabau.
Setelah diangkat Sultan Saktai gelar Rajo Jongor-Rajo Megat-Rajo Mudo, sebagai raja atau pucuk pimpinan Jang Pat Petulai, maka ditetapkanlah nama Kerajaan ini menjadi Jang tiang Pat Lemo Ngen Rajo, dengan susunan sebagai berikut:
  • Sultan Saktai gelar Rajo Jongor-Rajo Megat-Rajo Mudo, duduk sebagai Rajo Jang tiang Pat Lemo Ngen Rajo dan berkedudukan di Pelabai dan kemudian pindah di Bendar Agung Renah Pelawi Lebong.
  • Ajai Begelang Mato, pemimpin Petulai I sebai Tiang I berkedudukan sebagai Staf kerajaan di Bendar Agung mendampingi Rajo.
  • Ajai Bitang, pemimpin Petulai II sebagai tiang II berkedudukan di Atas Tebing.
  • Ajai rio Jenggan, pemimpin Petulai III sebagai Tiang III berkedudukan di Suka Negeri Tapus.
  • Ajai Rio Sabu, pemimpin Petulai IV sebaga Tiang IV berkedudukan di Kuto Rukam Tes.
(Sumber :Buku Tembo Keluarga, disusun oleh Zainul Arifin Raja Chalifah. Putra ke 9 dari 11 besaudara dari Rakidan gelar Raja Chalifah dan Waliana. Koleksi Pribadi) Diceritakan kembali oleh hardian Firdaus,S.PdI