curup 09061937 perpisahan sanders lokasi Gedung GOR sekarang |
Rejang
Selayang Pandang (Asal Mula Suku Rejang di Bengkulu)
Sahdan pada zaman kerajaan raja-raja
dari daerah pulau Jawa masih dalam masa kajayaannya. Semasa Palembang masih
bernama Selebar Daun, Bengkulu masih bernama Sungai Serut, Rejang masih bernama
Renah Sekelawi (sebelumnya bernama Pinang Belapis). Pada zaman itu raja adalah
orang yang mempunyai turunan raja pula. Raja bukan sembarang raja, raja sakti,
arif lagi bijaksana.
Karena di Pulau Jawa telah banyak
kerajaan yang rajanya telah ada, maka sebagian turunan raja-raja itu merasa
dirinya terhina bila tidak dapat jadi raja. Beberapa orang turunan raja itupun
mencoba keluar dari pulau Jawa, dengan maksud mencari daerah yang akan
diperintahnya. Mereka merejang kepulau Perca (Pulau Sumatra) untuk mencari
daerah baru.
Bertahun tahun meraka merejang di
daerah Pulau Perca, dan mereka telah tiba di daerah Tapus sekarang. Di sana
Bitsu Bembo sebagai pelacak pertama menyatakan bahwa di sini suko dijadikan
negerai (suka negeri ). Untuk menetapkan atau memberi apa nama negeri tersebut,
maka dibuatlah satu pertapaan yang diberi kelambu. Setelah beberapa hari,
kelambu itu dibuka, ternyata didalamnya tumbuh sebatang kayu yang namanya kayu
Tapus, nah karena itu negeri atau tempat itu dinamakan TAPUS.
Bitsu Bembo berpesan pada
saudara-saudaranya apabila ingin menyusulnya, telusurilah muara sungai yang
paling deras muaranya. Bertahun lamanya mereka menyusuri sebuah sungai, barulah
mereka bertemu dengan bitsu Bembo. Justru karena itu, maka sungai yang mereka
susuri itu dinamakan sungai Ketahun (asal kata menaun).
Adalah mereka yang menyusul itu adalah
Bitsu Bermano, bitsu Bejenggo, dan bitsu Sepanjang Jiwo. Bitsu-bitsu itu
terpencar kebeberapa daerah, seperti bitsu Bermano di daerah Kutai Ukem (Kota
Rukam) yang terletak di daerah Darmaga Tauris Danau Tes sekarang. Perlu kami
nyatakan bahwa Danau Tes itu nama sebenarnya adalah BIYOA KETEBET (air
ketebat). Tebat adalah kolam kata kita sekarang. karena air itu adalah kolam Si
PAHIT LIDAH (MANTAKUN), dan temannya Si MATO EMPAT (ALI JENANG TIGAS).
Adapun tiga orang bitsu yang menyusul
itu telah mempunyai daerah masing-masing, seperti bitsu Bermano mempunyai
daerah Kutai Ukem. Bitsu Bejenggo mempunyai daerah Tubei atas tebing. Di daerah
sebelah atas dari (pasar Muara Aman sekarang). Sedangkan bitsu Sepanjang Jiwo
mempunyai daerah Batu Lebar Seguring, daerah Curup sekarang. peduduk pada masa
itu belum Lancar berbahasa, dan lidahnya agak kaku, bitsu itu disebutnya BIKAU.
Bukan bikoa, ada pula yang menyebutnya Rejang Bikoa, itu salah yang betulnya
adalah Rejang turunan Bikau. Bikau adalah asal katanya dari bitsu. Bitsu adalah
kiyai agama budha.
Pada waktu itu mereka sibuk mengurus
daerah mereka masing-masaing, sehingga saling terpecahlah kesatuan mereka. Pada
waktu itulah pada sebatang Benuang Sakti ditunggui oleh SIAMANG PUTIH. Anehnya
Siamang Putih ini kemana ia menghadap di sana ditimpa bencana. Baik itu bencana
penyakit, kebakaran dan sebagainya.
Mereka berusaha untuk mencegah hal ini,
mereka mengadakan sidang musyawarah di tempat balik hati (baik atei) di daerah
Lebong Simpang sekarang. tempat ini ditunggu oleh : 5 orang malim : 1. malim
serubuk, 2. Malim Sedina, 3. Malim Sedu Royeak, 4. Malim Sumar Galung dan 5.
Malim Lemo. Dan juga di sana ada pula 4 orang dayang, yaitu: 1. Dayang Tarok,
2. Dayang Turing, 3. Dayang Kecitang Tanuk Karo dan 4. Dayang Itam. Di samping
dayang-dayang ada pula Rebiak 3 orang, yaitu : 1. Rebiak Mabuk, 2. Rebiak
Merem, dan 3. Rebiak Guting Paras.
Hasil musyawarah mereka di sana ialah
batang Benuang Sakti itu harus ditebang, Supaya Siamang Putih itu dapat
dimusnahkan. Bikau Bembo selaku ketua mengurus penebangan itu, Dan penebangan
pertama jatuh ke tangan bikau Bermano.
1. Bikau Bermano mengarahkan anak buahnya megapak kayu
benuang itu. Seluruh anak buahnya turun tangan turut menebang kayu itu.
Sehingga CIGAI MANAI (dalam arti telah penuh dengan kapaan) namun kesaktiannya
kayu Benuang itu jangankan roboh, malah bertambah kokoh tegaknya. Bikau Bermano
dan anak buahnya menyerah/ mengaku tidak dapat menebang kayu Benuang itu.
Dengan kata-kata cigai manai daerahnya dinamakan Margo Manai (bermani). Yang
berkedudukan di Kutai Ukem (Kota Rukam). Penduduknya berciri khas Sekoa Rucing.
2. Giliran kedua jatuh pula ke tangan bikau Bejenggo.
Bikau Bejenggo berduyun-duyun mengajak anak buahnya untuk menebangnya. istilah
berUBEI-UBEI (bergotong royong), namun hasilnya masih sama dengan
hasil bikau Bermano tadi. Dari kata ubei maka marganya dikataksn Margo Tubei.
Penduduknya berciri khas KOOT ULAU KETOT.
3. Tiba pula giliran yang ketiga yaitu bikau Sepanjang
Jiwo. Namun mereka ini secara UPUAK-UPUAK artinya berpayah payah
mengerahkan segala tenaga yang ada untuk menebang Benuang itu. Namun hasilnya
sama pula dengan hasil dua bikau sebelumnya.dengan istilah upuak upuak marganya
dinamakan Margo Seluak (MARGA SELUPUH) sekarang yang berkedudukan di Batu Lebar
Seguring di daerah Curup. Ciri khas penduduknya bermaneu ubep ubep (seolah olah
ada yang akan di terkam). Ketiga bikau yang terdahulu semuanya mengaku tidak
tertebang Benuang Sakti itu. Kini tiba gilirannya pada orang yang mengatur,
harus pandai berbuat apa yang ia aturi. Jangan bisa mengatur saja. Ia harus
bisa melaksanakan apa yang ia aturkan itu.
Bikau bembo kebingungan dibuatnya.
bagaimana akan menumbangkan pohon Benuang Sakti yang selalu mendatangkan
malapetaka itu. Andai hal ini tidak teratasi, kemungkinan seluruh wilayah akan
menerima giliran musibah. Dalam keadaan termenung bikau Bembo seolah olah ada
orang yang berbisik, semoga bikau Bembo membakar kemenyan, dan bersemendi (bertapa).
Beliau melaksanakan pertapaan, memohon pada yang maha sakti dan pada yang maha
agung, yang menguasai seluru alam jagat ini.
Dalam PERTAPAAN
beliau mendapat bisikan, bahwa pohon benuang ini mau roboh, bila
digalang oleh PUTRI SEDARAH PUTIH adalah Putri Raja Perambanan. Perambanan
adalah suatu kerajaan yang terletak di daerah Jawa Tengah.
Dengan harapan yang sedikit sekali akan
berhasil, maka bikau Bembo berangkat ke Jawa Tengah menuju kerajaan Prambanan.
Bermohon agar Raja Prambanan mengizinkan putrinya jadi penggalang.
Raja kerajaan Prambanan adalah raja
yang arip lagi bijaksana, memperkenakan putrinya menjadi penggalang, Tetapi
harus memenuhi beberapa syarat persyaratan itu antara lain :
1. Putri
Sedarah Putih tidak boleh cacat, misalnya jasmani ataupun rohaninya.
2. Setelah
menjadi penggalang harus dikembalikan kepangkuan ayahnya di kerajaan Prambanan.
3. Andai
kata Putri Sedarah Putih cacat bikau Bembo harus menanggung resikonya.
Putri Sedarah Putih dibondong ke pulau
Sumatera, ke daerah mereka. Setelah di daerah itu, mereka menggali lubang di
sekitar pohon Benuang Sakti itu, tempat putri Sedarah Putih digulingkan. adapun
lubang itu, dalamnya 7 hasta, lebarnyapun 7 hasta.
Setelah sesuatu yang harus dikerjakan
telah beres atau selesai, maka bikau Bembo memulai menebang. Pohon Benuang
Sakti itu memang betul roboh, tapi Siamang Putih itu raib entah kemana
perginya. Putri Sedarah Putih segera dikeluarkan dari lubang itu. Mereka semua
merasa gembira karena pohon benuang yang bermala petaka itu telah tiada. Telah
musnah dan roboh. yang bisa dijadikan kayu yang berkeping.
Tapi anehnya putri Sedarah Putih itu
hamil. Dengan rasa lesu bikau Bembo berangkat ke Prambanan mengembalikan putri
Sedarah Putih. Di sana beliau mendapat caci maki yang bertubi-tubi. dan harus
bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Maka bikau bembo harus kawin dengan
putri Sedarah Putih.
Bikau Bembo adalah orang mencari
penggalangan Benuang Sakti, dengan asal kata tukang galang maka daerahnya
dinamakan Juru Kalang. Penduduknya berciri khas telunjuk miring. Banyak orang
berpendapat bahwa turunan orang Juru Kalang tidak dimakan buaya. Sekarang
antara Bermani dan Juru Kalang telah bersatu menjadi BERMANI JURU KALANG, yang
terletak di Kecamatan Lebong Selatan Tes.
1 komentar:
wowwwwwww..... suku ini ternyata ada hubungannya dengan suku tanah jawa. mantap.
Posting Komentar